Sabtu, 11 Februari 2012

Hanya Sebuah Batu

Kupu-kupu telah pergi entah kemana, tapi kemana pun engkau pergi sepertinya aku sudah tidak peduli. Kenapa aku tidak peduli? Karena kupu-kupu telah punya sayap yang bisa membawa dia kemana pun yang dia inginkan entah pergi menggapai bulan ataukan menggapi langit gelap gulita disana. Tidak seperti dimana dia menjadi ulat yang hanya bisa memakan dedaunan dihadapannya.




Manusia tidak seperti kupu-kupu namun juga tidak jauh beda dengan seekor kupu-kupu. Kupu-kupu itu indah saat mereka berada diantara bunga bewarna-warni seolah pelangi yang jatuh diantara tanah gersang tak berpenghuni. Sayapnya bagaikan perhiasan yang paling indah yang pernah dia miliki. Bayangkan saja jika kupu-kupu yang indah itu tidak punya sayap, jangankan memegang, melihatnya pun aku tak sanggup. Itulah nikmat yang Allah berikan kepada hewan yang dijuluki kupu-kupu ini. Namun apa jadinya jika kupu-kupu itu jika berada diantara gurun pasir dengan bunga-bunga kaktus yang tajam. Mungkinkah sayap kupu-kupu yang indah itu masih nampak indah? Hanya satu banding tak hingga aku percaya, kupu-kupu itu masih bisa terbang dengan sayap indahnya.

Manusia ibarat seekor kupu-kupu yang selalu ingin terbang bebas diangkasa lepas dengan sayap indahnya. Namun apakah engkau tahu? Kupu-kupu hanya seekor kupu-kupu, bukan seperti pesawat jet yang bisa terbang menembus awan berlapiskan ozon. Kupu-kupu hanyalah makhluk mungil dengan antena dikepalanya yang tanpa dia sadari kalau dia sesungguhnya seekor makhluk yang lemah. Aku tak yakin jika kupu-kupu bisa terbang menembus badai gurun yang mungkin akan menghancurkan sayap indahnya.

Jika saja aku bisa memberitahukan sesuatu kepada kupu-kupu, akan aku beritahu kepadanya, “Hai kupu-kupu, aku adalah manusia. Aku suka dengan sayap indahmu itu. Jika aku menjadi sepertimu, akan aku jaga baik-baik sayap itu hingga aku tak sanggup mengepakkan sayap indah yang kumiliki itu.” Mungkin aneh jika setiap imajinasi kita itu jadi nyata, tapi ini bukan sebuah imajinasi melainkan sebuah pesan buat seekor kupu-kupu untuk menjaga sayap indahnya disana.

Inilah tulisanku yang mungkin ada seseorang mengerti tentang arti tulisan ini. Aku hanyalah sepucuk tinta yang bisu. Aku hanya bisa menulis dan menulis sedangkan mulutku hanya terdiam membisu seolah aku hanya sebuah batu yang tiada seorang pun mempedulikanku. “Hanya sebuah batu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar